HUTANG BAGI PNS, PERLUKAH?

Sungguh aneh jika seorang PNS tidak menggadaikan gaji di bank, itulah anggapan banyak orang. Ada sebagian orang yang tidak menggadaikan SK di bank karena punya usaha lain sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup tidak perlu berhutang. Ada sebagian yang memang pendapatan keluarga hanya dari pekerjaannya sebagai PNS, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya merasa “perlu” untuk berhutang.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk mendiskreditkan orang yang “suka” berhutang, tapi lebih kepada sharing pengalaman, yang mudah-mudahan ada manfaatnya. Sebagai muslim, saya mencoba memaknai salah satu hadits nabi yang berbunyi:

Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, yang artinya: “Jiwa seorang mukmin itu terkatung-katung karena hutangnya, sampai ia dibayarkan.” (HR: at-Tirmidzi dan Ibnu Majah, shahih).

Saya bukan ustadzah, bukan kyai, dan bukan ahli agama. Ilmu agama saya biasa saja, ibadah saya juga biasa saja. Sekali lagi, ini hanya sharing. Saya hanya seorang manusia biasa, seorang PNS dengan suami PNS yang berusaha hidup bersahaja dengan gaji yang kami dapat, dan mencoba untuk tidak terlalu melihat ke atas, tapi tidak juga selalu melihat ke bawah. Dan salah satu hadits di atas saya pegang untuk tetap istiqomah dengan apa yang saya yakini.

Menurut pemahaman saya yang awam ini, hutang itu sungguh berat tanggung jawabnya, apalagi bila itu dilakukan bukan bedasarkan kebutuhan. Kalau orang hutang karena tidak punya beras untuk makan, itu bisa dimaklumi. Tapi kalau hutang untuk beli rumah bagus, mobil, dan barang-barang mewah, itu tidak termasuk daalm kriteria perlu hutang. Bukankah nabi mengajarkan kita untuk hidup sederhana?

Syukur, itu yang ingin saya aplikasikan. Bahwa dengan mengelola yang Allah berikan kepada saya, dan merasa cukup dengan apa yang Dia berikan, kita bisa menjauhi hutang. Cukup dan kurang itu tergantung. Kita bisa merasa cukup walaupun orang lain melihat kita kurang. Misalnya? Kita jalan kaki, bersyukurlah karena kita punya kaki yang sehat untuk berjalan. Ada orang lain yang kakinya patah, cacat, bahkan ada yang tidak punya kaki sejak lahir.

Kita naik sepeda, bersyukurlah karena banyak orang hanya mampu jalan kaki. Kita punya motor, bersukurlah karena orang lain hanya mampu beli sepeda., dan seterusnya dan seterusnya. Tidak berarti kita harus selalu melihat ke bawah, sesekali juga kita boleh melihat ke atas untuk memacu kita agar lebih bergairah lagi untuk bekerja dan berkarya.Jadi, seberapa besarpun harta yang kita punya, kalau kita selalu bersyukur, mudah-mudahan kita terhindar dari hutang.

PNS kalau tidak berhutang tidak akan punya apa-apa. Siapa bilang? Saya sudah membuktikannya, kok. Baca tulisan saya nanti tentang “Mengelola gaji PNS”